Aku memang
termasuk pria yang aneh. Napsuku hanya pada wanita-wanita STW yang suka
mengenakan kebaya dan berkonde. Kadang-kadang waktuku habis ke
pesta-pesta pernikahan hanya untuk melihat wanita-wanita yang mengenakan
pakaian tersebut. Kalaupun tidak ada pesta penikahan aku pergi ke
tempat-tempat hiburan tradisional (ronggeng) dimana para penari dan
penyayinya mengenakan kebaya dan berkonde.
Pernah
suatu ketika aku pergi ke daerah Karawang untuk mencari hiburan ronggeng
dan aku menikamati sekali meskipun harus melihat dandanan yang menor.
Kehidupan seperti ini membuatku kadang-kadang tersiksa, tapi itulah
kenyataan hidup yang harus aku jalani dan aku nikmati. Seperti kata
orang keinginan seperti yang aku alami itu merupakan hal wajar dan sulit
untuk diperdebatkan apalagi menyangkut selera. Sebagai manusia normal
dan sampai dengan usiaku memasuki kepala empat aku tetap berusaha untuk
mendapatkan seorang wanita yang siap menemaniku dan berpakaian serta
berdandan sesuai keinginanku.
Aku mencoba
untuk memasang iklan melalui kolom iklan baris melalui internet,
setelah hampir setahun aku menerima email pertama dari seorang wanita
berusia 41 tahun yang menyatakan bahwa dia sangat terharu setelah
membaca iklanku dan bersedia untuk menjadi teman saya sekalipun harus
mengenakan pakaian dan berdandan sesuai keinginanku, dia juga
meninggalkan nomor telepon dan kami berjanji untuk bertemu seminggu
kemudian. Berhubung saya sudah beristri dan Ibu Ria (nama samaran) pun
telah bersuami saya janji akan menjemputnya di salon di daerah kebayoran
baru.
Hari itu
adalah hari Sabtu jam 11 siang saya sudah ada di depan salon sesuai
janji di telpon dan menunggu bidadariku keluar dari salon. Tepat jam
11.45 Ibu Ria keluar dari salon dan telah berdandan rapih kondenya gede
dan licin (konde jawa) dan berkebaya, terlihat sangat anggun dan
femimin. Saya mengajak Ibu Ria untuk pergi ke suatu motel daerah Jakarta
Selatan agar lebih privacy ngobrolnya dan juga saya bisa sepuasnya
memandang sang bidadari.
Sesampai di
motel kami mengobrol panjang lebar mengenai kehidupan keluarga
masing-masing dan juga kehidupan pribadi kami. Saya menceritakan ke Ibu
Ria mengenai keinginan saya dan berterimakasih kepadanya atas
kesediaannya untuk menemani saya. Sesudah ngobrol panjang lebar saya
meminta Ibu Ria agar saya diperbolehkan untuk mencium keningnya.
Saat saya
mencium kenig ternyata tangan saya ditarik untuk memegang susunya yang
ternyata mulai mengeras, namun belum sempat membuka kebaya. Saya katakan
kepada Ibu Ria bahwa saya sebenarnya hanya mengagumi wanita yang
berdandan seperti ini, dan sebatas memandang dan mencium tanda sayang,
namun Ibu Ria katakan bahwa justru dia lebih suka dengan pria yang jujur
dan tidak grasa grusu dalam masalah sex serta memperlakukan dia dengan
lembut.
Suatu hal
lagi yang dia sukai juga dari saya adalah badanku yang tinggi 178, berat
74 proporsional dan berambut pendek dan berkulit sawomatang, sementara
Ibu Ria dengan tinggi badan kira-kira 165 berat 53 bra 36 c pantatnya
gede dan kulit putih. Ibu Ria merasa terlindungi disamping itu karena
kami berdua sudah berkeluarga jadi risikonya cukup kecil karena ada
suatu komitment antara kami bahwa urusan keluarga masing masing yang
harus didahulukan apabila ada keinginan dari salah satu pihak untuk
bertemu. Ibu Ria merasa terlindungi ketika dalam perjalanan dari salon
menuju motel.
Ibu Ria
kemudian bertanya apakah saya bisa memijitnya, saya katakan bisa, tapi
nggak bisa keras. Kebetulan Ibu ada body lotion yang lembut tolong kamu
pijitin Ibu. Kemudian Ibu Ria mengangkat kebayanya hingga lutut selonjor
ditempat tidur sambil saya pijitin kakinya, makin lama makin ke atas
pahanya, sambil sekali-kali mencium keningnya. Kata Ibu Ria bisa nggak
Ibu buka aja kebaya dan kainnya agar lebih mudah memijitnya, saya
katakan silahkan aja, kalau menurut Ibu itu lebih mudah. Kemudian Ibu
Ria sudah hanya mengenakan CD dan bra transparan namun rambutnya masih
rapih dengan konde, saya sampai merasa seperti mimpi melihat keindahan
tubuh wanita yang meskipun gemuk (padat berisi) namun karena masih
mengenakan konde jadi masih terpancar aura kewanitaannya, dan membuat
saya begitu horny. Ibu Ria menawarkan saya kalau mau buka aja celana
panjang dan bajumu biar nggak kusut, dan saya turuti permintaannya.
Sayapun mulai memijat lagi dari paha kemudian perlahan lahan mulai ke
pangkal paha, Ibu Ria mulai menggelinjang kegelian, namun saya masih
bisa menguasai diri untuk berkonsentrasi pada mijit.
Namun
mungkin karena terus dibuat geli Ibu Ria kemudian menarik tangan kiriku
untuk mulai menyentuh susunya yang berukuran kira-kira 36 c,
proporsional dengan tinggi dan beratnya. Setelah 30 menit mijit Ibu Ria
minta untuk ke kamar mandi (pipis) sementara saya berusaha menetralisir
pikiran saya dengan menonton acara film komedi di TV. Menghadapi wanita
semacam Ibu Ria saya harus mampu mengendalikan diri dan membuat dia
penasaran, karena seorang wanita apalagi STW memang membutuhkan foreplay
yang panjang dan harus berkesan.
Setelah
selesai dari kamar mandi Ibu Ria minta untuk diteruskan pijitnya yaitu
belakangnya. Sambil memijit belakangnya saya mulai mencium leher dan
kadang menjilat kupingnya yang ternyata membuat dia begitu geli dan
napasnyapun mulai tidak keruan, dia meminta saya untuk membuka kaitan BH
nya dan sekarang hanya mengenakan celana dalam. Bau wangi tubuh dan bau
kewanitaan begitu membangkitkan gairahku namun aku masih tetap
mengontrol diriku agar dalam permainan sex nanti Ibu Ria benar-benar
memperoleh servis yang memuaskan, ini penting untuk hubungan jangka
panjang.
Tangan
kanan saya tetap memijit pundak, sambil sekali-kali menjilat leher,
sementara tangan kiri saya mulai mengelus putingnya yang sebesar
kelereng, dan membuat Ibu Ria makin meronta karena geli, kemudian dia
bisikan ke saya bahwa baru sekali ini dia merasakan nikmatnya permainan
awal (foreplay) yang luar biasa. Kadang-kadang Ibu Ria menggigit kecil
bibirku dan kedang mengulumnya dengan napsu, sambil tangan kanannya
mengelus-ngelus batangku yang juga sudah mulai tegang.
Karena
sudah nggak tahan dia minta saya pindah duduk berhadapan dengannya dan
sambil mencium bibir dan mengelus puting jari kanan saya mulai mengelus
vegynya yang ternyata mulai mengeluarkan lendir. Setelah itu Ibu Ria
pindah ke pinggiran tempat tidur dan membuka pahanya lebar lebar, saya
sambil jongkok dan mulai menjilat vegynya dimulai dari klitorisnya yang
sebesar biji kacang tanah, dan membuat Ibu Ria duduk tapi terus
menggerakkan pantatnya karena geli dan napsu. Sambil menjilat klitoris
tangan saya memainkan puting susunya yang keras sambil sekali-kali
meremasnya. Gerakan tubuh Ibu Ria sudah mulai tak beraturan karena
disamping menahan geli juga napsu sex yang mulai meningkat.
Agar tidak
merusak dandanan rambutnya saya minta Ibu Ria mengganti posisi yaitu
nungging diatas tempat tidur dan saya telentang agar bisa menjilat
klitorisnya yang sudah mulai basah. Pantatnya mulai digoyangkan kekanan
kekiri dan jari kanan saya dengan sedikit lotion mengelus celah
pantatnya dan menurut Ibu Ria sangat nikmat rasanya. Celoteh Ibu Ria
mulai nggak keruan..
“Mas.. Papa.. Teruss.. Achh nikmatnya..”
Mulut sayapun terus menjilat klitorisnya dan jari saya terus mengelus diantara bongkahan pantatnya dan lebih masuk lagi.
“Achh.. Mmmhh.. Teruss.. Mas.. Aduh sudah nggak tahan nih..”
Akhirnya
saya tetap telentang dan Ibu Ria minta agar masukan sikecil saya ke
dalam vegynya.. Saya katakana bahwa silahkan aja kalau Ibu sudah nggak
tahan dan saya minta agar Ibu masukin tapi membelakangi saya itu terasa
lebih nikmat.. Dan.. Ternyata setelah masuk bless.. Bu Ria mulai..
Merintih sambil bergerak maju mundur..
“Mmmhh.. Ohh.. Enakk.. Mass.. Bareng aja keluarnya..”
Saya
katakan bahwa pelan-pelan aja bu.. Biar nikmat.. Sambil saya menjilat
belakang nya.. Dan tangan ku meremas dan sekali memilin puting susunya..
“Aohh.. Nikmatt.. Mmmhh terus.. Tahan.. Biar keluar bareng.”
Karena
posisi Ibu Ria diatas.. membuat dia cepat nyampenya.. Dan ketika dia
sudah nyampe cepat-cepat dibalikkan badannya jadi posisi sekarang
berhadapan dimana saya masih telentang.. Dan ini membuat saya lebih
mudah menjilat susu dan sekali-kali menggigit kecil putingnya..
Kemudian
kami berdua tidur karena capek sambil berpelukan. Dalam kepenatan
tersebut saya masih sempat mencium keningnya, bibirnya dan kadang-kadang
puting susunya saya jilatin karena sex bagi seorang wanita stw bukan
hanya pada saat puncak namun juga sesudah menikmati orgasme, karena
disitulah letak kepuasan seorang wanita.
Ibu Ria
kemudian menawarkan kepada saya untuk pertemuan berikutnya dia akan
membawa baju tidur transparan untuk membuatku lebih bernapsu lagi,
karena menurut Ibu Ria laki-laki biasanya suka dengan hal hal yang
membuat dia penasaran dan saya katakan bahwa Ibu sangat baik terhadap
saya. Dan siang itu Ibu Ria mengalami orgasme hingga 3 kali. 2 kali di
tempat tidur dan sekali di kamar mandi sambil berendam.
Di kamar
mandi kami lakukan foreplay dengan posisi duduk di dalam bathtub sambil
berpagutan, saling mengelus menjilat dan kadang-kadang saling meremas,
setelah foreplay permainan sex dilakukan dengan posisi duduk dan kadang
berdiri dimana sebelah kaki Ibu Ria diangkat. Posisi berdiri ini
ternyata membuat Ibu Ria sangat senang karena mulut saya lebih leluasa
menjilat dari kening hingga ke puting susunya dan membuat Ibu Riapun
melakukan hal yang sama terhadapku.
Setelah
puas dengan permainan sex yang nikmat karena dimulai dengan foreplay
yang asyik.. akhirnya Ibu Ria minta untuk membuka konde dan kebaya
kemudian mengganti dengan baju biasa yang sudah disiapkan dari rumah,
sayapun mengantar Ibu Ria ke Blok M untuk kembali ke rumahnya dengan
taxi.. Saya benar-benar puas karena keinginan saya yang selama ini hanya
memandang wanita-wanita berkebaya dan berkonde, namun kali ini bukan
hanya memandang namun sampai ke permainan sex yang memuaskan kedua belah
pihak.
Memperlakukan
seorang wanita yang anggun dengan lembut dan pelan tapi pasti akan
membuat kenangan indah baginya, dan ini terbukti setelah 2 minggu
berlalu Ibu Ria menelponku untuk kembali bertemu dan sesuai janjinya dia
juga akan membawa baju tidur transparan agar bisa lebih memuaskan aku.
Terimakasih Ibu Ria atas kebaikanmu.
No comments:
Post a Comment