Sebenarnya
saya sungkan sekali menceritakan pengalaman saya yang pertama. Saya
berani sumpah, saya belum pernah cerita pengalaman saya ini ke siapa
pun.
OK,
ceritanya begini, saya ini anak sulung dari keluarga yang lumayan kaya
di Surabaya. Saya masih SMU kelas 2, tapi saya sudah sangat mandiri.
Bapak saya jarang sekali ada di rumah. Beliau selalu sibuk dengan urusan
bisnisnya. Sementara adik dan Ibu saya ada di Jakarta. Jadi saya lebih
sering sendirian di rumah. Ya nggak sendirian betul, ada dua pembantu
perempuan, satu pembantu laki-laki, satu sopir, sama satu satpam. Saya
punya teman dekat yang juga sekaligus saudara sepupu saya. Dia cantik
sekali. Sebut saja namanya Rita. Rambutnya hitam lebat dan panjangnya
kira-kira sebahu. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, 160 cm. Berat badannya
50 kg. Bodynya ideal sekali. Dadanya cukup besar untuk ukuran anak SMU
kelas 2. Terus kulitnya putih mulus dan menggairahkan. Sebenarnya saya
juga naksir berat sama sepupu saya ini. Cuman saya malu kalau pacaran
sama Rita, saya kan saudaranya, saya juga sudah punya pacar.
Bagi
orang lain, hubungan kita ini memang sangat asyik. Bapak dan Ibunya
memang terkenal sangat over protecting terhadap Rita. Rita tidak boleh
berhubungan macam-macam dengan laki-laki. Nggak heran kalau sampai
sekarang Rita belum pernah pacaran serius dengan seorang pun. Tapi saya
sudah kenal sekali sama bapak dan ibunya. Mereka sudah percaya seratus
persen sama saya, maklum saya keponakannya. Rita sendiri juga begitu.
Dia pasti butuh cowok untuk perlindungan, cerita, berbagai kesenangan
dan kesusahan. Dan dia melampiaskan hal itu sama saya. Dia sering minta
diantarkan kemana-mana, beli inilah, beli itulah. Singkat kata, hubungan
kita memang seperti pacaran.
Seperti
biasa, setiap hari Rabu dan Sabtu saya harus jemput Rita di tempat
kursus Inggrisnya. Kebetulan hari itu hari Sabtu, Waktu itu gelap
sekali, mendung dilangit seperti mau jatuh saja. Jam 1/2 enam sore,
akhirnya Rita keluar bareng Vina, teman baiknya. Saya diminta Rita
mengantarkan Vina dulu sebelum mengantarkan dia. Kebetulan waktu itu
saya lagi nggak ada kerjaan. Jadi OK lah…
Rumah
Vina ada di wilayah Delta Sari Baru, kompleks perumahan yang cukup elit
di Surabaya. Rumahnya besar juga. Kita bertiga masuk ke rumah,
ngobrol-ngobrol, bercanda. Kira-kira jam 1/2 delapan malam, bapak dan
ibu Vina keluar, ada keperluan katanya. Mereka sudah kenal baik dengan
Rita dan saya, jadi nggak ada pikiran aneh-aneh deh. “Reno (bukan nama
sebenarnya), jagain Vina ya!” kata bapaknya. Saya sih OK-OK saja, Vina
kan juga cukup lumayanlah. High Average! Setengah jam kemudian, Rudi,
pacar Vina datang. Suasana jadi tambah ramai dan mengasyikkan. Rita sih
sudah kepingin pulang, tapi Vinanya mohon sama Rita biar nggak cepat
pulang. “Sudah Rit, telepon saja, bilang nginep di rumah gue”, bujuk
Vina. Sampai agak lama dibujuk, akhirnya Rita setuju untuk menginap di
rumah Vina. Ibunya Rita juga sudah ditelepon, dan sudah mengijinkan Rita
tidur di rumah Vina.
Jam
sembilan malam, Rita minta sama saya untuk diantarkan jalan-jalan.
Alasannya sih rasional, nggak enak sama Rudi dan Vina, saya setuju.
Tidak lama kemudian kita berdua sudah melaju dengan mobil Panther saya.
Saya ingat betul, waktu itu gerimis rintik-rintik mulai turun, tidak
lama kemudian hujan pun turun. Kita putar-putar di daerah Deltasari yang
sepi. Sepanjang perjalanan kita membicarakan yang nggak-nggak tentang
Rudi dan Vina. “Mereka pasti sudah mulai macem-macem”, kata Rita.
Sebenarnya waktu itu saya juga ada pikiran yang nggak-nggak sama Rita.
Saya lihat dia pakai baju tiny warna biru, celana jeans belel yang
kebesaran, pokoknya seksi sekali. Apalagi cara bercandanya sama saya
memang asyik banget. Kelikitikin lah, peluk-pelukan lah, pokoknya bisa
membangunkan penis saya. Saya menjalankan Panther saya pelan-pelan,
sambil saya putar lagu-lagu slow rekaman saya, terus saya juga
memberanikan diri menyubit-nyubit dia, mengelus rambutnya, wah kita
benar-benar enjoy.
“Wah,
dingin ya”, kata Rita tiba-tiba. “Mau saya angetin”, jawab saya sambil
bercanda. “Angetin gimana sih?” godanya. Saya cuma ketawa saja. Tapi dia
terus menggoda saya. Tangannya yang imut mulai menggerayangi pipi saya.
Saya benar-benar nggak sadar apa yang terjadi, saya pikir waktu itu
cuma mimpi saja. Tahu-tahu dia sudah menyiumi leher, dan memegangi penis
saya. Kontan saja saya rem itu Panther. Saya yang sudah
terangsang-Sangat terangsang, mulai menyiumi bibirnya. Kita saling
mengulum, menghisap, dan mengadu lidah. Sungguh tidak bisa dibayangkan,
saya bisa melakukan begituan sama dia, padahal kalau sama pacar saya
paling-paling cuman gandengan dan pelukan. Saya memang sering nonton BF,
baca buku porno, dan melakukan masturbasi. Cuma saya belum pernah
kepikiran untuk melakukan hal ini. Memang, rasanya nikmat sekali.
Sambil
ciuman, dia mulai megang-megang penis saya, bahkan mulai berani membuka
ritsluiting saya. saya juga sudah nekat banget. Jadi saya berani untuk
mengerempon dadanya yang kenyal itu. Terus saya minta dia untuk buka
kaos Tiny-nya. Rita memang sangat penurut sama saya. Dia bukakan
bajunya, sekaligus branya. Wah, saya benar-benar sudah kesetanan. Saya
dorong jok depan Panther saya kebelakang, sampai dia bisa tidur
telentang diatasnya. Terus saya mulai menyiumi dadanya. “sshh”, erangnya
merintih. Putingnya yang berwarna pink itu saya kulum habis. Saya
mainkan dengan lidah saya. Saya bisa dengar suara nafasnya yang memburu.
Aroma Shower to Shower Morning Fresh menambah nafsu saya untuk
menjilati dada Rita. Tangannya memegangi pinggiran jok mobil, bibirnya
digigit-gigit sambil mengeluarkan suara yang sensasional dengan menyebut
nama saya pelan. “Geli… gelii!” katanya. Puas mengempoti dada si Rita.
Saya dorong jok depang ke belakang, sampai ada ruangan yang cukup
diantara Dashboard kiri sama jok kiri. Saya lompat ke tempat itu, terus
menyiumi bibir Rita yang seksi sambil memberanikan untuk meloroti
jeansnya. “Rit, saya lepas ya?” ijin saya.
Rita
cuma mengangguk pelan. Saya sempat melihat mata Rita yang mulai merah.
Mungkin dia merasa menyesal. Tapi saya yang sudah kesurupan setan jadi
benar-benar liar. Saya buka semua baju saya, sampai penis saya yang
kekar dan perkasa menunjuk-nunjuk ke arah vagina Rita. Rita yang melihat
sempat kaget. “Wih besar banget No”, komentarnya. Saya cuma ketawa
kecut. Saya peloroti jeans Rita. Saya lihat CD Rita sudah basah, ada
noda basah dibagian vaginanya. Itu membuat belahan vagina Rita
benar-benar kelihatan. Saya benar-benar sudah nggak tahan masukin penis
saya ke dalam lubang vaginanya. Jadi saya peloroti saja CD-nya. “Jangan
No, jangan, sudah segini saja”, pintanya. Dia mencoba untuk bangun, tapi
saya dorong ke belakang. Saya mulai memainkan vagina Rita. Gila,
vaginanya masih sempit banget, mana bulunya jarang. Saya memang masih
rookie, tidak tahu apa-apa. Saya tidak tahu ini yang namanya perawan
atau tidak, saya nggak peduli, yang penting saya bisa menikmatinya.
Pertama saya masukin telunjuk saya ke dalam lubang vaginanya, sementara
tangan yang satu lagi menggesek-gesek kelentitnya. “Aduh… Aduh…”, Rita
cuma bisa bilang begitu saja. Saya melihat dia sudah mulai menangis.
Tapi saya nggak peduli. Kan dia duluan yang mulai. Saya maju mundurin
telunjuk saya, sambil sekali-kali nyiumi pipi Rita, kening, bibir, dagu,
dan semua bagian di wajahnya. Kira-kira lima menit vaginanya saya
mainin seperti itu, Rita mulai aneh. Dia mulai menggeliat-geliat,
kakinya diluruskan sampai menendang Dashboard mobil saya, terus dia
mulai menjerit-jerit. Memang waktu itu hujan deras sekali, suara jeritan
Rita nggak bakal di dengar sama seluruh penduduk Deltasari, cuma saya
khawatir saja. Saya hentikanvpermainan saya, saya pegang pipinya, terus
saya ciumi bibirnya. Tapi dia malah aneh, “Ayo No, terusin-terusin,
nggak tahan… nggak tahan…” rintihnya. Saya benar-benar nggak tahu harus
ngapain, tapi saya lihat dia sensasional sekali. Nafasnya memburu,
dadanya mengetat dan membesar, kakinya menendang-nendang dashboard,
tangannya memegang jok pinggiran jok mobil, sambil mengangkat badannya.
Wah saya benar-benar nggak tahan. Saya buka selangkangan Rita, sampai
vaginanya membuka lebar. Terus saya bimbing penis saya untuk masuk
kedalam vagina Rita. Wah tapi ternyata penis saya nggak muat. Kepala
penis saya saja nggak bisa masuk.
“Masukin,
masukin!” perintah Rita kasar. Kontan saja saya paksakan masuk. Saya
dorong penis saya kedalam vagina Rita… Bless! “Akhh!” teriak Rita. Saya
dorong terus penis saya sampai mentok kedalam vagina si Rita. Rita cuma
bisa meronta-ronta. Kaki dan tangannya memukul apa saja yang ada. “Stt…
nanti ada orang-orang gimana?” bujukku. Akhirnya Rita bisa sedikit
tenang. Sambil terisak-isak dia bilang kalau dia kesakitan. Saya biarkan
dulu penis saya di dalam vagina Rita. Terus saya belai-belai rambutnya,
saya usap keringatnya, terus saya ciumi bibirnya. “Gimana Rit?”
tanyaku. Dia diam saja. “Boleh saya terusin nggak?” tanyaku lagi.
“He-eh… tapi pelan-pelan ya…”, jawab Rita lembut. Seperti yang pernah
saya lihat di BF-BF, biasanya orang menggenjot-genjot penisnya maju
mundur. Saya juga melakukan hal itu sambil memegang perut Rita. Rita
cuma pasrah, tangan dan kakinya tergolek lemas, matanya terpejam, air
matanya mengucur seperti cairan di vaginanya, sesekali terdengar isakan
dan erangan yang mempermanis suasana. Rasanya nikmat sekali, penis saya
serasa diurut-urut. Aroma yang di timbulkan juga khas sekali, saya suka
sekali. Akhirnya saya bisa merasakan kalau sperma saya sudah mau keluar.
Saya percepat gesekan di dalam. Saya minta Rita untuk membuka mulutnya,
seperti biasa dia menurut walaupun tanpa semangat. Saya cabut penis
saya, terus saya naik ke kepala Rita, saya masukan penis saya kedalam
mulutnya, saya pegangi pipinya dan saya katup mulutnya. Crot… Crot…
Crot… penis saya muntah-muntah. Rita yang kaget langsung bangun terus
memuntahkan sperma saya di jok mobil. Yahh… kotor deh.
Seperempat
jam kemudian kita sudah sama-sama tenang. Saya tanya bagaimana rasanya,
dia jawab sakit. Terus saya tanya dia mau beginian lagi nggak, dia cuma
diam. Terus saya tanya kapan kita bisa beginian lagi, dia juga diam.
Saya elus rambutnya yang lembab keringat, terus saya cium pipinya. Saya
bisikin bagaimana kalau dia tidur di rumah saya. Nanti kita bisa main
begituan sampai pagi. Dia cuma tersenyum, terus mengangguk. OK, saya
jalankan Panther saya pulang. Di rumah, saya bertarung habis-habisan
sama dia. Saya stelin dia BF-BF terbaik saya. Saya jilati vaginanya, dia
juga mengisapi penis saya, wah pokoknya seru sekali. Paginya kita mandi
bareng. Sampai sekarang kita sudah sering banget melakukan hubungan
tersebut. Saya nggak pernah berani mengeluarkan sperma saya di dalam,
takut mbelending!
No comments:
Post a Comment