Perkenalkan
pembaca, aku adalah seorang cowok yang hidup di sebuah desa pinggiran
kota di Jawa Tengah. Aku dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang
begitu sederhana dan tabu membicarakan sex, sehingga aku tidak begitu
paham seputar pengetahuan sex. Sampai suatu saat aku diberi tahu temanku
bahwa sebenarnya aku ada karena hasil hubungan sex kedua orang tuaku.
Aku sangat bimbang benarkah demikian?
Saat
itu umurku baru beranjak 16 tahun, dorongan sexku sangat kuat dan aku
tidak tahu cara melepaskan tekanan sex itu. Penisku menegang manakala
aku melihat gambar gadis cantik di kalender yang mengenakan baju semi
bikini. Dalam gambar itu aku suka sekali mengusapkan jariku di bagian
buah dadanya. Beberapa kali aku bisa mimpi basah, seakan aku bertemu dan
memeluk gadis dalam kalender, kemudian penisku menyemprotkan cairan
nikmat. Setelah semprotan itu, aku merasakan ototku menjadi lebih kendor
dan badanku ringan. Aku berusaha mencari jawaban melalui teman dan
bacaan, mengapa aku biasa seperti itu.
Pada
akhirnya aku menemukan rahasia sangat berarti dan berharga, ternyata
untuk mengeluarkan semprotan nikmat bisa tanpa melalui mimpi basah.
Berdasarkan pengalaman pribadi dan omomg-omong dengan teman, onani
adalah cara paling nikmat mengendorkan otot-otot yang menegang. Malam
itu pertama kali aku melihat film porno di rumah teman, setelah selesai
belajar bersama, aku diajak nonton video porno. Disinilah aku memperoleh
pengalaman banyak bahwa penis yang menegang artinya membutuhkan
penyaluran sex, bisa lewat hubungan sex atau lewat onani. Bacaan porno
yang dimiliki temanku sering aku pinjam, sambil membaca aku melakukan
onani. Sehari aku bisa beronani sampai tiga kali berkat pemberitahuan
temanku cara beronani paling nikmat, yaitu menggunakan minyak kelapa
yang dioleskan di tangan. Pelajaran berikutnya adalah mencari kenikmatan
dengan mengoleskan susu kental manis ke penis, kemudian seokor anak
kucing disuruh menjilati susu di penis (boleh dicoba nikmat lho).
Pengalaman berikutnya adalah membuat vagina tiruan menggunakan balon
yang diisi air hangat dan diolesi minyak kelapa. Aduh mak nikmat sekali.
Kisah
berikut ini adalah pengalaman pertamaku merasakan nikmatnya vagina
perempuan dan sekaligus hilangnya keperjakaanku. Hari minggu aku dan
temanku sepakat pergi memancing di sungai dekat pasar kecamatan. Disana
ada pintu air yang airnya jernih dan tenang serta banyak ikannya.
Memancing bagi kami hanya pekerjaan iseng saja, karena untuk mendapatkan
ikan bukan tujuan utama. Sambil mancing kami membawa bacaan porno dan
ngobrol tentang sex. Ketika kami asik merebahkan badan di rerumputan
yang terlindung semak rimbun, tiba-tiba ada rombongan ibu-ibu turun ke
sungai memandikan perempuan gembel muda yang otaknya tidak waras
(Orang-orang di desaku pada saat itu masih banyak yang mandi di sungai.
Tempat madi perempuan dipisah jauh dengan tempat mandi laki-laki dan
ditutup kain. Selama mandi seorang perempuan memakai kain panjang yang
disebut kemben). Sedangkan perempuan muda yang sedang dimandikan
ibu-ibu, telanjang bulat sambil berdiri digosok sabun dan dikeramasi.
Melihat pemandangan seperti itu birahiku memuncak. Dari jarak pandang
yang cukup jelas dan tersembunyi, kami bisa melihat bentuk tubuh montok
perempuan gila yang dimandikan. Kami berdua tiarap dan begitu asik
menikmati tubuh telanjang yang semakin lama semakin bersih dengan warna
kulit kuning langsap. Begitu juga rambut yang gembel setelah selesai
dikeramas dipotong pendek. Perempuan gila itu kelihatan senang selama
dimandikan ibu-ibu, terlihat ia berjingkrakan sambil mainan air.
Sekemabali
dari tempat mancing, dengan perut lapar, kami menuju ke salah satu
warung di pasar. Betapa kaget, ternyata di dalam warung itu sejumlah
laki-laki sedang merubung perempuan gila yang tadi dimandikan untuk
ditanyai nomor undian (SDSB). Perempuan itu telah mengenakan sarung dan
switer bersih. Sambil cengar cengir dia membuat coret-coretan di atas
karton pembungkus rokok. Semua laki-laki disitu mengikuti dengan cermat
setiap goresan yang dibuat perempuan gila. Aku sendiri tidak peduli pada
tingkah mereka, karena yang menjadi daya tarik adalah si perempuan gila
bertubuh montok. Aku dan temanku saling pandang dan kami saling
berbisik, alangkah nikmatnya bila kami bisa memandikan perempuan itu.
Sehari
kemudian aku belajar di rumah temanku. Seperti hari-hari yang lalu,
selesai belajar kami putar video porno meskipun filemnya hanya ada
satu-satunya. Selesai nonton jam telah menunjukkan pukul 10.30 malam,
aku mengayuh sepeda menuju rumah dengan diterangi cahaya bulan. Penisku
sepanjang perjalanan tegang terus karena belum memperoleh penyaluran
lewat onani. Jalan desa yang sangat sepi, masih aku kenali dengan baik
berkat lampu sepeda dan cahaya bulan sehingga tidak akan menabrak
sesuatu. Aku kaget ketika di depanku tiba-tiba melintas seorang wanita.
Aku mengerem sepeaku dengan mendadak dan memperhatikan kaki perempuan
yang melintas. Pikiran pertama yang terbayang dalam benakku perempuan
itu kuntilanak (sejenis setan perempuan dan kalau berjalan seperti
terbang), seperti kepercayaan orang-orang di desaku. Tapi aku kaget
ketika mendengar suara perempuan ngomong dan ketawa kecil persis sepeti
suara si tubuh montok di warung. Setelah aku perhatikan, ternyata ia
perempuan gila yang dimandikan ibu-ibu di sungai.
Entah
apa yang membuat pikiranku berubah kotor tiba-tiba ada harapan untuk
bisa meraba tubuh perempuan telanjang. Keinginan itu sangat kuat dan aku
memutar sepeda balik ke rumah teman belajarku, kami diskusikan rencana
untuk bisa menelanjangi dan diraba-raba tubuh perempuan. Itu saja
rencana yang ada pada kami.
Singkat
kata, kami berdua meninggalkan sepeda di rumahnya dan membeli makanan
di warung sebagai bekal. Ternyata perempuan gila itu sudah tidak ada di
tempatnya lagi. Kami berdua mencari dengan sembunyi-sembunyi dan
melintasi balik pagar jalanan, supaya tidak dilihat orang. Akhirnya ia
kami menemukan perempuan itu di dekat jalan menuju lintasan ke sawah. Ia
sedang duduk di tepi jalan. Dengan jantung berdegup keras, kami dekati
dan kami bujuk serta kami beri makanan kemudian kami bimbing ke tepi
sawah di balik tanah yang menggunung jauh dari jalan desa. Disana ada
sebuah bangau kecil (tempat istirahat setelah bekerja di sawah). Setelah
kami beri minuman, mulailah aku membuka switer dan sarung yang
dikenakan perempuan itu tanpa kesulitan. Anehnya temanku menggigil
menahan gejolak hatinya sehingga ia tidak membantu ketika aku membuka
baju perempuan itu. Tubuh telanjang itu sudah ada di hadapan kami dan
ternyata perempuan itu tanpa BH dan celana dalam. Penisku langsung
menegang dan mengeras seperti batu. Kemudian kami rebahkan perempuan itu
di papan lebar tempat duduk di bangau dengan kaki menjuntai ke bawah.
Sarung dan switer digunakan sebagai bantalnya. Mulailah tanganku
menggerayangi badannya, aku tarik tangan temanku yang masih menggigil
untuk ikut meraba dadanya yang menggelembung kenyal. Temanku mulai
tenang dan menggigilnya reda dan mulai menggerakkan tangannya di
sepanjang tubuh dan perut perempuan itu. Rencana semula yang hanya
meraba dan menikmati tubuh telanjang, akhirnya berubah setelah perempuan
itu kami lihat mulai terangsang.
Meskipun
ia perempuan gila, ternyata bisa mengeluarkan erangan nikmat ketika
jariku masuk ke liang vaginanya yang mulai basah dan pinggulnya ikut
digerakkan. Aku kaget ketika perempuan itu tiba-tiba teriak keras “aduh
enak banget…… aduh enak…….terus….” terpaksa aku minta temanku membekap
mulutnya. Aku perhatikan ternyata temanku menggigil lagi seperti orang
sakit malaria. Akhirnya aku membuat inisiatif untuk menyetubuhi
perempuan itu dan temanku setuju. Aku memperoleh kesempatan lebih dulu
merasakan persetubuhan dan temanku akan berjaga-jaga dari jarak jauh
sambil menenangkan hatinya. Kesepakatan lain adalah tidak boleh ada mani
yang dikeluarkan dalam vaginanya, agar tidak terjadi kehamilan yang
bisa bermasalah dikemudian hari.
Aku
sedikit menggiigil ketika aku membuka baju dan celanaku. Penisku yang
sudah tegang mulai kuarahkan ke vaginanya. Jari-jariku membuka sedikit
bibir vaginanya untuk memudahkan penisku masuk ke dalamnya. Ketika
kepala penisku masuk, perempuan itu kelihatannya memahami kalau harus
membuka pahanya. Untuk memperlancar, penisku aku tarik dan aku masukkan
dengan pelan dan semakin lama semakin dalam. Terasa saat penis aku
tarik, ada otot yang menangkap dan menjepit. Ketika penis aku dorong ke
depan, ada cengekraman dan denyutan dalam vaginanya, sehingga aku
akhirnya mendorong habis penisku sampai habis ke dalam. Aku sangat kaget
karena tiba-tiba perempuan gila itu bangkit dan memelukku erat badanku
serta menggoyangkan pinggulnya sambil teriak nikmat. Teriakannya cukup
keras terpaksa aku atasi dengan menyumpal mulutnya dengan mulutku.
Meskipun mulutnya bau tidak enak, tapi rasa vagina yang mulai meremas
penisku, ternyata mengalahkan segala bau yang harus aku terima. Penisku
mulai bermain maju mundur sambil merebahkan badan perempuan itu. Belum
sempat aku menikmati 2 menit, ujung penisku mulai ada rasa desakan yang
akan menembakkan cairan. “Oohhh….. hahhhhh…….” terpaksa aku cabut
penisku dan aku keluarkan di luar jatuh diantara kedua belah pahanya
yang terjuntai. Agar tidak diketahui temanku kalau aku sudah sampai
puncak, aku bergaya seolah-olah perempuan itu sedikit binal. Secapatnya
penisku aku lap dengan tangan dan aku menarik tangannya untuk memegang
penisku. Ternyata dia tahu dan mengarahkan penisku ke dalam lubang
kenikmatannya. Aku masukkan dengan sekali terobos kemudian aku kocok
dengan binal. Disini aku merasakan betapa nikmat dan beda rasa vagina
dengan rasa onani. Tanganku memeras buah dadanya yang masih kenyal dan
mulutku mulai melumat puting susunya. Sedotan vaginanya pun semakin kuat
dan kembali terdengar suara teriakan keras tanda kenikmatan. Kembali
mulutku menyumpal mulutnya. Aku tidak sempat mempertahankan lebih lama
agar perempuan ini sampai puncak seperti yang aku lihat di video. Aku
kalah lagi ketika terulang desakan dalam penisku tidak terbendung,
secepatnya aku cabut penisku dan aku muncratkan di luar vaginanya.
Permpuan itu kelihatan kecewa ketika aku mengakhiri kocokan tanpa peduli
dia belum sampai puncak.
Aku
panggil temanku untuk meneruskan dengan sedikit pesan agar jangan
sampai dia teriak kencang saat mencapai kenikmatan. Caranya mulutnya
harus dibekap. Aku kemudian menjauh ganti berjaga sambil melepas
kepenatan. Tidak lama kemudian perempuan itu teriak sepertinya sebagai
tanda kenikmatan dan pantatnya diangkat tinggi. Dari jarak pandang yang
cukup jelas ternyata temanku kesulitan membekap mulutnya karena
perempuan itu menggoyang-goyangkan kepalanya sangat kencang. Aku kawatir
teriakannya ada yang mendengar sehingga aku lari mendekat dan aku
bekap. Temanku belum berhasil melepaskan cairan kenikmatannya dan
meneruskan mengocok sambil berlutut. Gerakan buah dadanya di bawah
terang sinar rembulan terayun seirama kocokan temanku menyebabkan aku
tidak tahan untuk memeras dan mengenyot teteknya. Aku lihat temanku
menaikkan kedua kaki perempuan itu di pundaknya dan kembali menggenjot
dengan kuat. Melihat pemandangan semacam itu ditambah rintihan
perempuan, aku tidak tahan membiarkan penisku yang tegang kembali
menanggur. Penisku membutuhkan penyaluran tahap ketiga. Aku ambil cara
sambil mengenyot teteknya, tangan kiriku mengocok penis dan tangan
kananku membekap mulut si perempuan itu. Aku melihat tangan perempuan
itu memegang erat pinggiran tempat duduk seolah berusaha bisa mencapai
puncak.
Temanku
kelihatan lebih perkasa, setelah berjalan 15 menit badanya menegang dan
dengan cekatan mencabut penisnya, dia mencapai puncak dan memuntahkan
maninya di luar. Secepatnya kedudukan temanku aku ambil alih dan seperti
gaya temanku, aku angkat kaki perempuan itu di pundakku, kemudian
penisku aku hujamkan kembali di vaginanya. Gerakan mengocok aku lakukan
dengan pelan-pelan agar aku bisa bertahan lama dan tidak cepat keluar.
Gerakan pelan itu ternyata menambah kuat cengkeraman vaginanya disertai
denyutan panjang yang kemudian diikuti gerakan liar pantatnya. Tidak
lama kemudian perempuan itu merintih dan teriak panjang “Aduh…….aduh…….
ennaaakkkkk banget…….. aaahhhhh” kemudian menjadi jeritan tertahan yang
diikuti dengan rangkulan sebagai pertanda ia mencapai puncak. Desakan
dalam penisku juga tidak bisa aku bendung lagi dan aku semprotkan maniku
di dalam. Aku merasakan betapa nikmat mengeluarkan cairan itu di dalam
vagina.
Kami
cepat-cepat berpakain dan mengenakan pakaian perempuan itu. Kami
mengalami kesulitan ketika mengenakan pakaiannya karena dia sudah
tertidur pulas. Kami berdua pulang mengambil jalan memutar supaya tidak
ketemu orang. Sepanjang jalan kami berdua diam tidak bicara apapun.
Ketika aku mengambil sepedaku di rumahnya, jam menunjukkan pukul 2.30
pagi lebih sedikit. Sampai di rumah aku berbaring dan tidak bisa tidur,
masih terbayang rasa kenikmatan yang baru saya rasakan bersama hilangnya
keperjakaanku. Maafkan kebiadabanku perempuan.
No comments:
Post a Comment